Langsung ke konten utama

Harapan dan Doa

Sendiri dalam keramaian. Ya, itu yang sedang aku rasakan saat ini. Tak menyangka, tak kusangka ternyata aku mampu merasakannya kembali. Dibalik kisah indah terbalut hangat kasih komitmen antar dua insan, kini sudah tak lagi indah. Entah siapa yang salah, tiada berguna untuk mencari kesalahan, percuma saja karena siapa yang akan memperbaiki?

Tak pernah ku sebodoh dan sekeras ini mencintai seorang wanita, sudah tau dia tak cinta tapi tetap ku mencoba, apakah memang diriku bodoh?
Meyakini satu keyakinan bahwa kau miliku adalah ego yang paling indah bagi diriku, walau memang terasa sakit karena mengetahui dia sudah tak menginginkan diriku lagi.

Hari-hari kini terasa gelap, begitupun siang. Terik menyinari, tapi tetap hatiku tenggelam dalam sepi. Tentu malam, sebanyakpun bintang tak ada yang mampu mengalahkan sinar senyumu yang terekam baik dalam ingatan. Oh, Tuhan dia sungguh indah, namun sudah lepas dalam genggaman. Langkah memang masih jauh, tapi aku tak mampu jauh darinya. Belum terbiasa? Tidak. Memang kurasakan kaulah yang terbaik. Di dekatmu kurasa nyaman dan menemukan bahwa kaulah serpihan kesempurnaan dalam kekuranganku.


Pada dasaranya dua insan bertemu karena sifat yang bertolak belakang. Mengapa? Karena Tuhan menyempurnakan dua insan menjadi satu dari kekurangan dan kelebihan yang saling melengkapi. Kini sendiri menjalani hari, aku masih berdiri tapi tanpa kaki yang entah hilang kemana, entah menemukan hal yang baru yang mampu membuat dia bahagia, entah memang dia bukan jalanku yang aku paksakan selalu kusemogakan. Menyerah? Untuk kali ini tidak karena ku tak mau hidup dalam penyesalan. 

Hati meyakini masih ada jalan dan masih bisa bersatu belajar saling memahami dan berjalan dengan mu lagi. Ego dan harapan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan, di sini aku berharap kau kembali. Bagaimana denganmu? Aku tak tau. Sudahlah, sadar! Coba sujud, ketika cinta dengan usaha tak terbalas masih ada satu cara dengan mendekatkan dengan pemilikNya, memulai bercinta dengan doa, menyampaikan pada pemilikNya “aku inginkan dia, dekatkan dia” mungkin ini cara terbaik. Ketika mengejarmu dengan tindakan itu ibarat mengejar bayangan yang pastinya tak bisa kau genggam. Lelah jiwamu, Lelah ragamu. Mulailah dekatNya, diskusikan, pinta dengan menyebut namanya. Setidaknya, aku masih punya namamu dalam hati dan ingatan yang selalu aku perjuangkan untuk kau kembali dan merajut kisah sampe akhir nanti. 


Bandung, 9/17/2017



Komentar

  1. Semangat ya!!! Perjuangkan selama dia di hatimu. Jangan lupa berdoa juga ke Allah swt.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rehat

Biarkan malam menjadi dirinya; gelap, dingin, sunyi. dan.. izinkan untuk aku rehat sejenak, kala pikiran sudah tak karuan. beri aku ruang, sedikit saja. aku hanya sesuatu yang kau ikhlaskan, dan kau biarkan aku, berteman baik dengan kesunyian. Pojok Air Mengalir, 2018

Aku ingin

       Aku ingin kau tak menerka-nerka atau bertanya-tanya;        Bagai rumput yang basah oleh hujan.                Aku ingin kau tak resah gelisah, tak tentu arah;               Bagai pelangi selepas hujan.  - Bawah Langit, 13 Juli 2020 by Rendra Fauzi Muharrom

Sajak Anak

(Gambar by Google) Nak, bangunlah! sudah menjelang pagi, segera mandi bergegaslah, cari ilmu, sekolah sana! setelah di sekolah, jangan malu, kalo kamu sederhana. perbanyak teman, agar sekolahmu menyenangkan dari uang saku yang pas-passan. belajar sungguh-sungguh, bermainnya sedikit-sedikit; sah-sah saja. bel berdering, waktu pulang. Nak, pulang.. pulanglah! jangan main dulu, ingat Ibu, bantu-bantu. Ingat bapak kerja tani, panas-panas melulu. Nak, baik-baiklah jangan mengeluh nikmatilah, maknailah, karena kehidupan tetap berlanjut, kamu tetap harus hidup. Sederhana saja, jika kau tumbuh dewasa nanti satu istri, dua anak. perut mencukupi, rezeki mengaliri, dan dunia akhirat terpenuhi. Ruang Pojok, 2018