Sendiri dalam keramaian. Ya, itu yang sedang aku
rasakan saat ini. Tak menyangka, tak kusangka ternyata aku mampu merasakannya
kembali. Dibalik kisah indah terbalut hangat kasih komitmen antar dua insan,
kini sudah tak lagi indah. Entah siapa yang salah, tiada berguna untuk mencari
kesalahan, percuma saja karena siapa yang akan memperbaiki?
Tak pernah ku sebodoh dan sekeras ini mencintai
seorang wanita, sudah tau dia tak cinta tapi tetap ku mencoba, apakah memang
diriku bodoh?
Meyakini satu keyakinan bahwa kau miliku adalah ego
yang paling indah bagi diriku, walau memang terasa sakit karena mengetahui dia
sudah tak menginginkan diriku lagi.
Hari-hari kini terasa gelap, begitupun siang. Terik
menyinari, tapi tetap hatiku tenggelam dalam sepi. Tentu malam, sebanyakpun
bintang tak ada yang mampu mengalahkan sinar senyumu yang terekam baik dalam
ingatan. Oh, Tuhan dia sungguh indah, namun sudah lepas dalam genggaman.
Langkah memang masih jauh, tapi aku tak mampu jauh darinya. Belum terbiasa?
Tidak. Memang kurasakan kaulah yang terbaik. Di dekatmu kurasa nyaman dan
menemukan bahwa kaulah serpihan kesempurnaan dalam kekuranganku.
Pada dasaranya dua insan bertemu karena sifat yang
bertolak belakang. Mengapa? Karena Tuhan menyempurnakan dua insan menjadi satu
dari kekurangan dan kelebihan yang saling melengkapi. Kini sendiri menjalani
hari, aku masih berdiri tapi tanpa kaki yang entah hilang kemana, entah
menemukan hal yang baru yang mampu membuat dia bahagia, entah memang dia bukan
jalanku yang aku paksakan selalu kusemogakan. Menyerah? Untuk kali ini tidak
karena ku tak mau hidup dalam penyesalan.
Hati meyakini masih ada jalan dan
masih bisa bersatu belajar saling memahami dan berjalan dengan mu lagi. Ego dan
harapan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan, di sini aku berharap kau
kembali. Bagaimana denganmu? Aku tak tau. Sudahlah, sadar! Coba sujud, ketika
cinta dengan usaha tak terbalas masih ada satu cara dengan mendekatkan dengan
pemilikNya, memulai bercinta dengan doa, menyampaikan pada pemilikNya “aku
inginkan dia, dekatkan dia” mungkin ini cara terbaik. Ketika mengejarmu dengan
tindakan itu ibarat mengejar bayangan yang pastinya tak bisa kau genggam. Lelah
jiwamu, Lelah ragamu. Mulailah dekatNya, diskusikan, pinta dengan menyebut
namanya. Setidaknya, aku masih punya namamu dalam hati dan ingatan yang selalu
aku perjuangkan untuk kau kembali dan merajut kisah sampe akhir nanti.
Bandung, 9/17/2017
Semangat ya!!! Perjuangkan selama dia di hatimu. Jangan lupa berdoa juga ke Allah swt.
BalasHapus