Langsung ke konten utama

Tanda Tanya Perjalanan


Semilir angin membawaku jauh meninggalkan kota dingin ini.
jalan lurus aku ikuti,
lelah,
resah,
gelisah.
ingin segera sampai di kota yang ingin kutuju.

Selepas dari keramaian ini,
aku hempaskan semua di teras pasir pantai.
ku nikmati semua bisikkan angin,
riah-riuh gemuruh ombak, dan
daun yang sedang bergesekkan.

Kepiting laut menyapa dengan malu,
sedikit tergesa gesa, ia menghampiri.
anjing-anjing berlarian berpasangan: gigitan canda, sedikit gonggongan menghiasi permainan yang mereka mainkan.

lara hati yang terasa, mulai terbius dengan apa yang terjadi di sekitaran.
apakah ini tanda kesembuhan, tentang arti semua perjalanan?
apakah aku akan kembali, untuk memulai kembali?
ah, aku hanya bertanya.
jawabnya: aku hanya bersabar saja.

aku tak mau menjadi seorang lelaki di waktu yang tepat,
tapi aku menjadi lelaki yang tepat waktu:
untukmu,
satu orang saja.


Banten, 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rehat

Biarkan malam menjadi dirinya; gelap, dingin, sunyi. dan.. izinkan untuk aku rehat sejenak, kala pikiran sudah tak karuan. beri aku ruang, sedikit saja. aku hanya sesuatu yang kau ikhlaskan, dan kau biarkan aku, berteman baik dengan kesunyian. Pojok Air Mengalir, 2018

Aku ingin

       Aku ingin kau tak menerka-nerka atau bertanya-tanya;        Bagai rumput yang basah oleh hujan.                Aku ingin kau tak resah gelisah, tak tentu arah;               Bagai pelangi selepas hujan.  - Bawah Langit, 13 Juli 2020 by Rendra Fauzi Muharrom

Sajak Anak

(Gambar by Google) Nak, bangunlah! sudah menjelang pagi, segera mandi bergegaslah, cari ilmu, sekolah sana! setelah di sekolah, jangan malu, kalo kamu sederhana. perbanyak teman, agar sekolahmu menyenangkan dari uang saku yang pas-passan. belajar sungguh-sungguh, bermainnya sedikit-sedikit; sah-sah saja. bel berdering, waktu pulang. Nak, pulang.. pulanglah! jangan main dulu, ingat Ibu, bantu-bantu. Ingat bapak kerja tani, panas-panas melulu. Nak, baik-baiklah jangan mengeluh nikmatilah, maknailah, karena kehidupan tetap berlanjut, kamu tetap harus hidup. Sederhana saja, jika kau tumbuh dewasa nanti satu istri, dua anak. perut mencukupi, rezeki mengaliri, dan dunia akhirat terpenuhi. Ruang Pojok, 2018