Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Perjalanan Air

Perjalanan panjang; siang menuju sore Langit gelap memendam rasa Takuat ia menahan lalu ia keluarkan Tetesan air rela berjatuhan (berkali-kali) Mulai, dia memulai Mengalir dengan ikhlas Tanpa tau arah dan tujuan Namun teguh pada kepercayaan Jalan dengan lepas, ikuti semua jalan, dan mulai temukan. Percaya, setiap perjalanan kan ada akhir. Akan ada yang menyambut, dan membendung. Bersatu menjadi satu Kutemukan apa yang hilang, dan kau menemukan apa yang kau butuhkan Kita adalah proses dari orang yang tak menghargai Kita adalah orang yang telah dicuri dan dikhianati.

Awal

Duduk diperbatasan meja. Aku melihatnya.. ya. tepat di depan mata. Tanpa ada harapan, tanpa bermaksud. Buatlah mudah, mohon jangan menatapku seperti itu, Aku takut.. Takut... Takut Jatuh, Jatuh cin, ta? ta? ta aku tak jatuh. tapi aku mulai. (bertanya) Siapa? (dalam hati) ah, aku tak berani. oh, ya.. ku pinta nomornya saja lewat teman sebangkunya. Lewat sms, sambil merasa gemas ku ketik indah namanya. Tidak hanya lewat handphone, melainkan dalam doapun ku ucap. cukup, ku mulai berharap. jangan, jangan, ah... jangan-jangan dia akan seutuhnya menjadi milikku. hahaha "kenapa? baru saja aku berbicara tanpa suara. ah, aku rasa jatuh cinta" Gila memang dibuatnya, dibuatnya ku semakin gila. -- mengunci ingatan

sia-sia

kepercayaan, masih saja kau patahkan. kurang apa? kesempatan kuberikan: masih saja. mengapa? sadar! ketika kamu salah dan masih dimaafkan, lalu dia masih mau berjalan denganmu mengapa harus berubah menjadi orang yang tak ku kenal? kau menjadi apa yang orang lain ucapkan tanpa tau siapa yang bicara. mengenalmu? dia baru saja. bandingku, aku tau kamu. aku masih mau: berjuang, mengenalmu, mengertimu, mengalah untukmu. tapi, kamu berubah dengan alasan (bosan) dan merasa paling tersakiti. hey, lihat! kaca itu besar, lihat! aku takan keras, aku takan marah jika kau tak berikan ketenangan dalam kepalsuan. tak juga kau sadar? pikir!

Api

malam tiba, oh.. tak terasa. kamu mengetuk pintu untuk mengajaku bermain. aku bertanya "main apa yang pantas kita mainkan di malam hari?" dia menjawab "main api" katanya. lalu aku bertanya "kamu punya korek, bensin, dan kayu?" dia kembali menjawab "punya" dan akupun menjawab "oke, lakukanlah, kelihatannya kamu benar-benar siap" lalu kita berjalan menuju ruang hampa. bakar! meluap tak terkendali. api adalah api. hingga kita melebur jadi abu yang tak pernah berarti.

Waktu

Di ujung malam ini. Aku menulusuri pagi. Namun, tak pernah dapat apa yang aku cari. Malam telah menjadi aku. Semakin malam semakin sunyi, menjadi aku yang terus merenung. Apa yang kucari? Hingga kubiarkan malam ini menjadi pagi. Tanpa peduli atas kehadirannya. Masih pantaskah aku menjadi malam? Kini kubiarkan matahari yang menentukan.

Senja

Karena senja tak pernah ingkar. Dia datang di saat yang tepat. Dikala kerinduan yang lama terpendam, atas orang-orang yang lama memendam. Rinduku selalu tersangkut di sana dengan ribuan mahluk lainnya. Senja, kau selalu berhasil membuatku rindu dan jatuh cinta (berkali-kali). https://www.instagram.com/rendrafam/?hl=en

Keras

Sekeras apapun hati seseorang jika kalian punya seribu usaha, kelak kau akan mendapatkannya (hatinya). Usaha dan kerja keras kunci segalanya, bagai ombak yang tak pernah Lelah menghantam batu karang. 

Harapan dan Doa

Sendiri dalam keramaian. Ya, itu yang sedang aku rasakan saat ini. Tak menyangka, tak kusangka ternyata aku mampu merasakannya kembali. Dibalik kisah indah terbalut hangat kasih komitmen antar dua insan, kini sudah tak lagi indah. Entah siapa yang salah, tiada berguna untuk mencari kesalahan, percuma saja karena siapa yang akan memperbaiki? Tak pernah ku sebodoh dan sekeras ini mencintai seorang wanita, sudah tau dia tak cinta tapi tetap ku mencoba, apakah memang diriku bodoh? Meyakini satu keyakinan bahwa kau miliku adalah ego yang paling indah bagi diriku, walau memang terasa sakit karena mengetahui dia sudah tak menginginkan diriku lagi. Hari-hari kini terasa gelap, begitupun siang. Terik menyinari, tapi tetap hatiku tenggelam dalam sepi. Tentu malam, sebanyakpun bintang tak ada yang mampu mengalahkan sinar senyumu yang terekam baik dalam ingatan. Oh, Tuhan dia sungguh indah, namun sudah lepas dalam genggaman. Langkah memang masih jauh, tapi aku tak mampu jauh darinya. ...